Mikroba tidak semuanya jahat seperti kuman yang dapat menimbulkan penyakit dari yang ringan sampai berat yang berakhir dengan kematian. Kebanyakan "mikroba" berjasa dalam membantu kelangsungan hidup makhluk lainnya yang dapat dirasakan oleh umat manusia. Mikroba, makhluk yang paling cepat tumbuh dan cepat mati. meskipun usianya pendek tetapi mampu membuat perubahan di atas bumi ini. Di dalam tubuh kita terdapat jutaan bahkan milyaran mikroba yang bersahabat, Peranan Mikroba di alam sangat penting dalam menunjang kesejahteraan makhluk hidup. Namun ada sekelompok kecil mikroba yang membahayakan makhluk hidup karena kemampuannya dalam menyebabkan penyakit.Nah!, jenis inilah yang terutama kita buru. Kita harus berpacu dengan waktu untuk mengenali tabiatnya, kekuatan dan kelemahannya serta potensi-potensi lainnya supaya kita bisa mengendalikannya dan mengurangi dampak kerugian akibat ulahnya.
Dan bagaimana bila muncul kabar seperti ini : "
Bakteri Baru Superbug NDM-1 Mengancam Dunia, Tanpa Ada Obatnya
Pemberian antibiotika yang berlebihan dan tidak terkendali saat ini membuahkan akibatnya. Beberapa ahli kesehatan di penjuru dunia mulai menemukan sebuah bakteri superbug atau bakteri yang kebal terhadap antibiotika. Berbeda dengan berbagai temuan berbagai virus baru ganas seperti flu burung, SARS atau flu babi yang dapat sembuh sendiri. Bakteri ganas ini bila menjangkiti seseorang, maka orang tersebut akan terancam nyawanya tanpa ada obat atau antibiotika yang melawannya.
Ulasan selanjutnya,
Sebuah bakteri “super” atau superbug yang bernama NDM-1 (New Delhi Metallo-beta-laktamase-1) telah muncul di India, Pakistan, Inggris, Amerika dan berbagai belahan dunia lainnya. Bakteri ini telah menyebar di rumah sakit Inggris, para ahli kesehatan dunia memperingatkan bakteri “super” ini bisa menjadi masalah besar di seluruh dunia.
Selain terdeteksi di Inggris, bakteri ini juga sudah ditemukan di Amerika Serikat,Kanada, Australia, Belanda dan Swedia. Ilmuwan Inggris menyebut bakteri ini tersebar akibat ulah para “wisatawan” medis yang kerap melakukan operasi plastik untuk kecantikan di Negara tersebut.
Para ilmuwan takut bakteri bernama NDM-1 (New Delhi Metallo-beta-laktamase-1) bisa dengan mudah di dalam bakteri seperti E.coli. Bila sampai terjadi bakteri ini bisa menyebar dengan cepat dan hampir mustahil untuk bisa diobati. Sebab,menurut para ilmuwan NDM-1 bisa mengubah bakteri, kebal terhadap antibiotik yang paling kuat carbapenems. “Ada sejumlah kasus di Inggris, namun sejauh ini sejumlah besar kasus tampaknya terkait dengan perjalanan dan perawatan rumah sakit di India,” kata Dr David Livermore, peneliti Inggris Health Protection Agency kepada BBC. ”Jenis resistensi ini telah menyebar sangat luas di sana.” Di Amerika Serikat kasus NDM-1 juga telah diidentifikasi antara bulan Januari dan Juni lalu, Wall Street Journal menuliskan soal ini.Menurut Pusat pengawasan pencengahan penyakit Amerika (Centers for Disease Control and Prevention) para pasien ini telah menjalani perawatan medis di India.
New Delhi Metallo-beta-laktamase atau NDM-1
New Delhi Metallo-beta-laktamase, atau NDM-1 adalah sebuah enzim yang jika ditemukan dalam bakteri umum seperti E. coli, salmonella dan Klebsiella pneumonia. Bakteri ini adalah yang paling resisten terhadap antibiotik. Koeadaan ini merupakan ancaman NDM-1 sangat serius bagi umat manusia di dunia. Keadaan ini secara pasti akan mengancam nyawa jutaan umat manusia bila tidak ada temuan antibiotika untuk menangkalnya. antibiotik yang dapat berdiri melawan bakteri super ini. Sebuah jalan terakhir dan sering harapan terakhir antibiotik, carbapenem. Sayangnya hingga saat ini bakteri supperbug NDM-1 ini benar-benar resisten terhadap antibiotik secanggih carbapenem. Hal itu membuat ilmuwan jadi kelabakan dan terus mengadakan [penelitian guna melawan bakteri ganas tanpa obat ini.
Pencegahannya
Sebaiknya saat ini bila tidak penting benar harus mempertimbangkan lebih dalam bila harus berpergian ke daerah yang telah dijangkiti bakteri superbug NDM-1 ini. Higiena sanitasi di lingkungan yang baik dengan menjaga kebersihan sangat diperlukan. menjaga daya tahan tubuh dengan makan makanan bergizi , olahraga dan istirahat yang cukup adalah kunci utama menangkal penyakit ini.
Yang paling penting penggunaan antibiotika yang berlebihan harus segera dihentikan agar bakteri superbug lainnya tidak lahir lagi. Pemakaian antibiotika berlebihan atau irasional juga dapat membunuh kuman yang baik dan berguna yang ada didalam tubuh kita. Sehingga tempat yang semula ditempati oleh bakteri baik ini akan diisi oleh bakteri jahat atau oleh jamur atau disebut “superinfection”. Pemberian antibiotika yang berlebihan akan menyebabkan bakteri-bakteri yang tidak terbunuh mengalami mutasi dan menjadi kuman yang resisten atau disebut “superbugs”.
Pemberian antibiotika irasional atau berlebihan pada anak dan orang dewasa tampaknya memang semakin meningkat dan semakin mengkawatirkan. Pemberian antibiotika berlebihan atau pemberian irasional artinya penggunaan tidak benar, tidak tepat dan tidak sesuai dengan indikasi penyakitnya. Sebenarnya permasalahan ini dahulu juga dihadapi oleh negara maju seperti Amerika Serikat. Menurut penelitian US National Ambulatory Medical Care Survey pada tahun 1989, setiap tahun sekitar 84% setiap tahun setiap anak mendapatkan antibiotika. Hasil lainnya didapatkan 47,9% resep pada anak usia 0-4 tahun terdapat antibiotika. Angka tersebut menurut perhitungan banyak ahli sebenarnya sudah cukup mencemaskan. Dalam tahun yang sama, juga ditemukan resistensi kuman yang cukup tinggi karena pemakaian antibiotika berlebihan tersebut.
Di Indonesia belum ada data resmi tentang pemberian antibiotika ini. Sehingga semua pihak saat ini tidak terusik atau tidak khawatir dan sepertinya tidak bermasalah. Berdasarkan tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat serta fakta yang ditemui sehari-hari, tampaknya pemakaian antibiotika berlebihan di Indonesia baik jauh lebih banyak dan lebih mencemaskan.
sumber : guardian.co.uk dan sumber lainnya
dr Widodo Judarwanto SpA
KORAN ANAK INDONESIA, Yudhasmara Publisher
Jl Taman Bendungan Asahan 5 Jakarta PusatPhone : (021) 70081995 – 5703646
email : judarwanto@gmail.com
http://korananakindonesia.wordpress.com/
BERITA LAINNYA :
Para ilmuwan India baru-baru ini sedikitnya menemukan tiga spesies bakteri yang hidup di stratosfer. Sebelumnya bakteri-bakteri ini tidak pernah ditemukan di muka bumi, justru berada di atmosfer bumi. Penemuan ini dilakukan menggunakan sebuah balon udara raksasa yang diterbangkan pada ketinggian antara 20-41 kilometer. Balon yang dioperasikan Tata Institute of Fundamental Research (TIFR) itu diterbangkan dari National Baloon Facility di Hyderabad.
Balon tersebut membawa instrumen penelitian seberat 459 kilogram yang direndam dalam tabung silinder berisi 38 kilogram cairan neon. Instrumen tersebut didesain untuk mengumpulkan sampel dari udara di sekitarnya kemudian dijatuhkan dengan parasut. Sampel tersebut kemudian dianalisis Pusat Biologi Sel dan Molekul di Hyderabad dan Natural Center for Cell Science (NCCS).
Secara keseluruhan, instrumen mendeteksi 12 jenis bakteri dan enam jenis koloni jamur dari stratosfer. Sebanyak 98 persen di antaranya memiliki sifat genetik yang sama dengan mikroorganisme sejenis di permukaan bumi.
Namun, tiga bakteri ini di antaranya benar-benar baru. Masing-masing dinamai PVAS-1, B3 W22, dan B8 W22. Dibandingkan sebagian besar lainnya, ketiga bakteri sama-sama memiliki daya tahan terhadap radiasi sinar ultraviolet.
PVAS-1 masuk dalam genus Janibacter dan telah diberi nama ilmiah Janibacter hoylei sp. nov. untuk menghormati seorang pakar astrofisika terkemuka Fred Hoyle. Bakteri kedua B3 W22 diberi nama Bacillus isronensis sp. nov. yang diambil dari ISRO (Indian Space Research Organization). Adapun bakteri ketiga diberi nama Bacillus aryabhata dari nama astronom legendaris dari India dan juga nama satelit pertama buatan ISRO.
Sumber: http://sains.kompas.com/read/xml/2009/03/19/20285265/Ilmuwan.India.Temukan.3.Bakteri.Anti-UV.di.Stratosfer
BERITA LAINNYA :
Para ilmuwan India baru-baru ini sedikitnya menemukan tiga spesies bakteri yang hidup di stratosfer. Sebelumnya bakteri-bakteri ini tidak pernah ditemukan di muka bumi, justru berada di atmosfer bumi. Penemuan ini dilakukan menggunakan sebuah balon udara raksasa yang diterbangkan pada ketinggian antara 20-41 kilometer. Balon yang dioperasikan Tata Institute of Fundamental Research (TIFR) itu diterbangkan dari National Baloon Facility di Hyderabad.
Balon tersebut membawa instrumen penelitian seberat 459 kilogram yang direndam dalam tabung silinder berisi 38 kilogram cairan neon. Instrumen tersebut didesain untuk mengumpulkan sampel dari udara di sekitarnya kemudian dijatuhkan dengan parasut. Sampel tersebut kemudian dianalisis Pusat Biologi Sel dan Molekul di Hyderabad dan Natural Center for Cell Science (NCCS).
Secara keseluruhan, instrumen mendeteksi 12 jenis bakteri dan enam jenis koloni jamur dari stratosfer. Sebanyak 98 persen di antaranya memiliki sifat genetik yang sama dengan mikroorganisme sejenis di permukaan bumi.
Namun, tiga bakteri ini di antaranya benar-benar baru. Masing-masing dinamai PVAS-1, B3 W22, dan B8 W22. Dibandingkan sebagian besar lainnya, ketiga bakteri sama-sama memiliki daya tahan terhadap radiasi sinar ultraviolet.
PVAS-1 masuk dalam genus Janibacter dan telah diberi nama ilmiah Janibacter hoylei sp. nov. untuk menghormati seorang pakar astrofisika terkemuka Fred Hoyle. Bakteri kedua B3 W22 diberi nama Bacillus isronensis sp. nov. yang diambil dari ISRO (Indian Space Research Organization). Adapun bakteri ketiga diberi nama Bacillus aryabhata dari nama astronom legendaris dari India dan juga nama satelit pertama buatan ISRO.
Sumber: http://sains.kompas.com/read/xml/2009/03/19/20285265/Ilmuwan.India.Temukan.3.Bakteri.Anti-UV.di.Stratosfer
Para pemburu mikroba yang memiliki pengalaman dan tehnik berburu narkoba dapat bergabung di sini, berbagi informasi dan pengetahuan.
BalasHapus